![Rocky Gerung Sebut Ada Upaya Menyerang Citra Anies Baswedan Rocky Gerung Sebut Ada Upaya Menyerang Citra Anies Baswedan](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNAB12aPElt3C6fuV_yYVjWU_ITPi8LZYGELPttIqp__Be5VrDQsZPbIVlKiMZ4Ufc6-gnqu4y6oL4K-7GozQXR1tklDpJbHII4edeyyoybmEBtxX9vW8AT858XX4x9BtHfQWDDkpJUsfoqeh1jwXMAIvMigxkfR6geJ16Y0DMmhF-B2vz6LLfp41r/w640-h360/Anies-Baswedan-klaim-janji-kampanye-2017-sudah-terlunasi-ist-640x360.jpg)
Pengamat politik Rocky Gerung menengarai ada upaya menyerang citra Anies Baswedan yang sedang panen pujian publik dibalik munculnya gambar di berita di
salah satu media nasional.
Munculnya gambar Anies Baswedan saat hadir di KPK dalam sebuah pemberitaan
yang berjudul “Korupsi Bukan Lagi Kejahatan Luar Biasa”dianggap Rocky Gerung
sebagai upaya menyerang citra Anies Baswedan.
Rasa heran Rocky Gerung itu karena berita tersebut mengulas soal pembebasan
bersyarat bagi 23 koruptor. Sementara Anies Baswedan, hadir di KPK untuk
dimintai keterangan seputar ajang balapan Formula E.
Rocky Gerung menengarai ada upaya untuk menyerang citra Anies Baswedan yang
sedang panen pujian publik di balik munculnya gambar pada berita itu.
“Anies ada di dalam suasana jadi publik outcray, publik itu mengelu-elukan
Anies,” ujarnya dalam video yang dia unggah di kanal Youtube Rocky Gerung Official, Jumat (9/9).
Pengamat politik ini menyebutkan, pemberitaan itu dikhawatirkan akan menjadi
menguatnya kembali Islamofobia di mana Anies dikenal dekat dengan kalangan
Islam.
Sehingga, lanjutnya, kemudian muncul gambar Anies yang digambarkan seolah-olah
bagian dari koruptor yang dibebaskan pemerintah.
“Jadi seluruh rasionalitas kita, kita surprise, kita tekan karena takut
diucapkan Islamophobia itu,” katanya.
“Tetapi, apa yang ditekan tiba-tiba muncul tanpa sadar. Lalu muncul foto Anies
itu yang seolah-olah bagian dari 35 koruptor. Kan begitu cara melihatnya,”
imbuhnya.
Rocky pun berharap ada permintaan maaf dari redaksi media cetak tersebut
kepada Anies Baswedan dan pembacanya atas insinuasi yang dilakukan.
“Itu harusnya minta maaf dulu sebelum bikin tulisan lain. Karena itu tetap
insinuasi,” tandasnya.
Anies Beri Tanggapan
Sementara itu agar publik tercerahkan atas peristiwa ini, Anies lantas membuat
tulisan yang diunggah melalui akun medsosnya, sembari memastikan tidak akan
membawa masalah ke Dewan Pers.
Berikut tulisan lengkap Anies Baswedan yang dikutip redaksi melalui akun
Facebook resminya:
“Kemarin, sehari sesudah memenuhi undangan KPK untuk memberikan keterangan
terkait Formula-E, saya menerima banyak pesan memberitahukan tentang berita yg
dimuat di Harian Kompas.
Judul beritanya besar: Korupsi Bukan Lagi Kejahatan Luar Biasa. Isinya
mayoritas tentang pembebasan bersyarat 23 narapidana tipikor. Terdapat pula
kolom berisi daftar napi tipikor yang dibebaskan.
Yang aneh: yang terpampang adalah foto Gubernur DKI. Tidak ada hubungan dengan
topik yang ditulis di dalam artikel. Di bagian akhir artikel terdapat tiga
paragraf kecil tentang kedatangan Gubernur DKI ke KPK, yang juga tidak ada
hubungan dengan topik beritanya.
Media memang memiliki kekuatan besar dalam membentuk persepsi, opini dan
perasaan pembacanya. Karena memiliki kekuatan besar inilah maka media harus
memiliki tanggung jawab yang besar pula.
Media sebagai pilar demokrasi bukannya tidak boleh berpihak. Sebaliknya, ia
justru harus berpihak, pada kebenaran, keadilan, dan objektivitas. Tanggung
jawab media memang berat, karena risiko dampak salah langkahnya pun besar.
Kemarin, beberapa pemimpin Kompas menjelaskan pada saya, bahwa penempatan foto
itu adalah kelalaian, tak ada niat framing buruk. Memang disayangkan kesalahan
mendasar seperti itu terjadi di media seperti Kompas yang pastinya memiliki
mekanisme pengawasan berlapis.
Hari ini, Kompas memasang berita baru yang menjelaskan secara lebih objektif
terkait kedatangan saya ke KPK. Kompas hari ini memberi contoh kepada Kompas
kemarin tentang bagaimana sebuah berita seharusnya ditulis.
Dahulu, Kompas sebenarnya hendak diberi nama Bentara Rakyat. Namun Bung Karno
memberi usul nama Kompas, karena kompas adalah penunjuk arah dan jalan.
Kita berharap, filosofi nama Kompas ini terus dijaga. Apabila sebuah kompas
berfungsi baik, maka kita lancar dan selamat mengarungi perjalanan. Apabila
jarumnya terpengaruh oleh magnet (polar), maka ia tak lagi dapat menjadi
penunjuk arah.
Saya memilih mempercayai penjelasan pemimpin di Kompas dan, walau banyak yang
menyarankan, saya memilih tidak membawa masalah ini kepada Dewan Pers. Namun,
saya memilih tetap menyampaikan catatan ini pada publik agar bisa menjadi
pengingat bagi kita semua dalam bernegara dan berdemokrasi. “
Post a Comment for "Rocky Gerung Sebut Ada Upaya Menyerang Citra Anies Baswedan"