![PDIP Bebaskan Ganjar Pilih Jalan Politik, Ikut Partai atau Ambisi Pribadi PDIP Bebaskan Ganjar Pilih Jalan Politik, Ikut Partai atau Ambisi Pribadi](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieI_as0H7s9lTiJLg-IHWnkrOMAeQ84RqtcsogLFyyuQ77kIS7xzGFmMqpNe0c4AcRATt-vIxM9UhHYsiyDfHsQdtQFYQNTJ6cbXiMhYlRZSqLI4AvLC5cJt1XrPIb3VF2WzYGcYrL1pHepaZg_gUHXLqtQ3AsHBT9ejNTXtiX070wDg5Ln0QgGFei/w640-h360/1119369_720.jpg)
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyebut bahwa partainya
membebaskan setiap kader, termasuk Ganjar Pranowo, memilih jalan politik.
Mengingat, Gubernur Jawa Tengah itu sudah dilirik partai lain sebagai bakal
calon presiden, sementara PDIP belum menentukan pilihan.
"Dalam perspektif ini, setiap anggota, kader itu bebas. Untuk melakukan
pilihan-pilihan politiknya. Apakah kader akan menyatukan diri pada kepentingan
partai yang lebih besar atau digerakkan oleh ambisi-ambisi individual.
Berpartai itu menyatukan diri dalam kepentingan kolektif bagi bangsa dan
negara," ujar Hasto di Sekolah Partai PDIP , Lenteng Agung, Jakarta Selatan
pada Rabu, 23 Juni 2022.
Namun Hasto berkali-kali mengingatkan partai lain, memilih pemimpin semestinya
menggunakan sistem kaderisasi dan tidak adanya bajak-membajak kader partai
lain.
Salah satu partai yang melirik Ganjar sebagai bakal capres adalah Partai
NasDem. Ganjar masuk dalam daftar satu dari tiga nama bakal capres rekomendasi
Partai NasDem.
Ganjar mengaku belum mendapat kiriman surat rekomendasi tersebut dari Partai
NasDem, sehingga ia juga belum memberikan respons. Namun, Ganjar menegaskan
bahwa dirinya setia pada PDIP.
"Saya terima kasih mendapatkan kehormatan itu, tapi saya PDI Perjuangan," kata
Ganjar, Kamis pekan lalu.
Rakernas Partai NasDem menghasilkan tiga kandidat bakal calon presiden yakni;
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Kepada Tempo, Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya mengungkap sejumlah alasan
partainya mengusung kandidat eksternal. Alasan pertama, partainya ingin
mengembalikan pelembagaan partai politik. Partai-partai modern saat ini
dinilai telah bergeser dari pelembagaan. Ketidakterlembaganya partai politik
ini tampak dari terlalu dominannya figur top leader bahkan sejak awal
kelahirannya.
"Tidak banyak ketua umum partai yang mau sacrifice seperti Pak Surya. You can
imagine, orang bangun partai pasti mau ketua umumnya jadi calon presiden. Tapi
Pak Surya mau berkorban," ujar Willy kepada Tempo di bilangan Senayan, Jumat,
17 Juni 2022.
Menurut Willy, partai hakikatnya berperan sebagai jembatan atau sarana
transportasi. "Kami ingin menjadi partai publik, kalau dianalogikan ya seperti
busway," ujar dia.
Sementara itu, ia menyebut Partai NasDem terus melakukan kaderisasi internal.
Namun Partai NasDem yang berdiri pada 2011, ujar dia, tidak bisa dibandingkan
dengan PDIP misalnya yang sudah berdiri hampir setengah abad lalu, ditambah
sejarah panjang sejarah sebelumnya.
"Enggak apple to apple kalau NasDem disandingkan dengan PDIP. Partai itu udah
bangkotan, punya anak punya cucu. Kami ini punya anak aja belum. Jadi kalau
dibandingkan dengan sistem kaderisasi, kenapa tidak kader internal? Bos, yang
satu lahirnya kapan, yang satu lahirnya di kota, satu lagi di desa. Enggak
adil, dong," ujar Willy.
Menurut dia, akan ada saatnya bagi partai NasDem memajukan kader sendiri.
Namun untuk saat ini, pilihan paling rasional bagi NasDem adalah mengusung
kader eksternal yang secara elektabilitas tinggi, disamping juga memiliki
kapasitas yang mumpuni.
"Kami harus objektif dan realistis, kami ini partai rasional. Enggak mungkin
kami memaksakan diri. Kenapa kita harus sok-sokan," tuturnya.
Post a Comment for "PDIP Bebaskan Ganjar Pilih Jalan Politik, Ikut Partai atau Ambisi Pribadi"