Ikuti kami di

Berpisahlah dengan Elegan

Berpisahlah dengan Elegan

Berpisahlah dengan Elegan

By:Yusuf Maulana

Kawan, catatan berikut ini pelajaran cara berpisah yang elegan. Tanpa kesumat apalagi tebaran boikot. Legasi Bung Hatta yang perlu diteruskan kita semua tanpa terkecuali.

Pada 1 Desember 1956, atau 67 tahun lalu, Bung Hatta undur dari dwi tunggal. Pilihan tak sederhana yang bakal memengaruhi arah sejarah bangsa ini.

Ada banyak perbedaan langkah dan pendekatan politik dengan Bung Karno. Berpisah dari jabatan adalah satu cara bagi Bung Hatta untuk mempersilakan kawannya itu menerapkan gagasan-gagasan yang baginya absurd. Mempersilakan tapi menentang pemikiran sang kawan. Ada beda, ada kritik.



Undur sebagai wakil presiden tak lantas Bung Hatta pasif apalagi apatis dengan nasib arah bangsa. Dari luar ia acap berkirim surat pribadi dengan Bung Karno. Memberikan nasihat dan kritik membangun yang lebih sering ditanggapi ala kadar.

Mengirim surat atau membuat tulisan terbuka di media (yang terkenal adalah "Demokrasi Kita" di Pandji Masjarakat pimpinan Hamka) merupakan cara Bung Hatta agar Sukarno memakai pikiran logisnya. Tidak terjebak pada megalomania diri. Terlebih di lingkaran kekuasaan kala itu amat banyak penjilat. Terutama anasir komunis; pihak yang sejak lama menyimpan kesumat pada Bung Hatta.

Foto: repro buku "Hati Nurani Melawan Kezaliman" karya Mochtar Lubis (1986).



Sumber:
fb/YusufMaulana➚

Post a Comment for "Berpisahlah dengan Elegan"