Ikuti kami di

Mengenal Druze, Suku Arab yang Bela Israel Tapi Tetap Miskin


Suku Druze berbahasa Arab memilih menjadi warga Israel. Namun meski telah ikut berperang bersama pasukan pertahanan Israel (IDF), mereka tetap hidup miskin dan termarginalisasi.

Sebagai suku minoritas di Israel, warga Druze mengatakan komunitas mereka terpinggirkan dan kehilangan investasi publik. 

Bahkan keluarga mereka didenda dalam jumlah besar untuk membangun rumah akibat penegakan aturan perencanaan yang selektif.

Salah satu warga yang keras berteriak adalah Salah Abu Rukun. Ia adalah pemimpin protes Druze, yang menceritakan bagaimana penduduk jarang diberikan izin untuk membangun rumah.

Sekitar dua pertiga rumah warga Druze di Israel dibangun tanpa izin yang sesuai dalam beberapa dekade terakhir. Sehingga terus-menerus mendapat ancaman perintah berupa pembongkaran atau denda besar.

"Druze hanya memiliki lahan pribadi yang sangat terbatas sehingga tidak dapat menjamin kelangsungan hidup komunitas Druze dengan karakter dan desa-desanya," katanya, seperti dikutip AFP.

Nisreen Abu Asale, pengacara dari Beit Jann, juga mengatakan demikian. Ia menyebut warga tidak punya pilihan selain tinggal di rumah tanpa izin.

"Kami tidak ingin meninggalkan komunitas, budaya, atau agama kami," katanya, menambahkan bahwa perencanaan kota belum mengalami kemajuan selama beberapa dekade.

"Kita hidup berdasarkan kebutuhan 20 atau 30 tahun yang lalu," tambahnya.

Dalam praktiknya, rumah warga memang jarang dibongkar. Namun sanksi finansial diterapkan dengan ketat oleh pemerintah Israel.

Selama puluhan tahun pun warga terus menerus "kekurangan investasi". Bukan hanya izin rumah, jaringan listrik buruk, apalagi sistem pembuangan limbah dan jalan raya.

Rasisme dan Termarjinalkan

Di sisi lain, para aktivis juga menyebut bagaimana rasisme juga melanda minoritas non-Yahudi di Israel di bawah pemerintahan sayap kanan dalam beberapa tahun terakhir. Perlu diketahui PM Israel sekarang, Benjamin Netanyahu juga berasal dari sayap kanan.

Kemalangan mereka pun ditambah dengan munculnya undang-undang "Negara Bangsa" pada tahun 2018. 

Undang-undang ini mengutamakan Yahudi dan dianggap merendahkan Druze, termasuk warga negara Arab lainnya.

Disebut bagaimana orang Yahudi memiliki hak menentukan nasib sendiri di Negara Israel. Bahasa Arab juga diturunkan dari bahasa resmi menjadi bahasa dengan "status khusus".

Druze dengan keras menentang Undang-undang Negara-Bangsa. Walikota salah satu daerah Beit Jann, Radi Najam, menyebutnya sebagai tindakan yang "rasis, tidak setara, dan tidak pengertian terhadap siapa pun yang bukan Yahudi".

Sebenarnya isu ini telah menjadi perhatian Yahudi. Menteri Dalam Negeri Moshe Arbel pekan lalu menunjuk seorang pengacara Druze untuk memberi nasihat mengenai masalah ini dengan komite Knesset memberi lampu hijau pada 1.000 unit rumah baru di desa Druze, Daliat al-Carmel.

Netanyahu mengatakan juga sempat berjanji ke komunitas bahwa mereka sama berharganya. "Mereka berjuang, mereka kalah dalam pertempuran ... memberi mereka semua yang pantas mereka dapatkan," janji manisnya.

Perlu diketahui, sekitar 150.000 orang Druze yang rata-rata menganut Islam Syiah, tinggal di Israel. Komunitas Druze disebutkan terkonsentrasi di 16 desa di Israel utara.

Sebagian besar dari mereka mengidentifikasi diri mereka sebagai warga Israel. Di mana aki-laki dari suku tersebut menjalani wajib militer, banyak di antaranya bertugas di unit tempur. 

Foto: Warga Druze menganggap diri mereka Saudara Darah Yahudi Israel. Foto/AP

Post a Comment for "Mengenal Druze, Suku Arab yang Bela Israel Tapi Tetap Miskin"