Anggota Komisi III DPR Ahmad Ali menganggap tindakan aparat kepolisian saat
pengamanan di Stadion Kanjuruhan tidak berniat menghilangkan nyawa.
Menurutnya, setiap manusia bisa melakukan kesalahan dan khilaf, termasuk
aparat kepolisian dalam penanganan itu.
Politikus Partai NasDem itu menilai tindakan aparat kepolisian di stadion itu
merupakan bentuk kelalaian, namun sebenarnya didasari niat baik.
"Saya yakin aparat hukum tidak punya niat untuk itu. Tindakan yang terjadi
diduga merupakan bentuk kelalaian dan niatnya baik untuk mencegah chaos dari
penonton, sehingga terjadi kekeliruan dalam bertindak. Tentunya kita sesali.
Namun sekali lagi manusia tidak luput dari salah dan khilaf," kata Ali lewat
keterangan tertulis, Kamis (6/10).
Lebih jauh, ia pun meminta agar Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF)
bekerja dengan hati-hati. Pasalnya, tragedi ini dianggap berpotensi
menimbulkan kegaduhan jika dilakukan serampangan.
Ali mengklaim kinerja Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sudah tanggap
dalam merespons tragedi Stadion Kanjuruhan.
"Intinya, TGIPF harus bekerja sepi dan senyap agar tidak menimbulkan
kegaduhan. Kita tunggu hasilnya. Kita berharap tim ini bisa bekerja secara
profesional dan proporsional sehingga bisa menghasilkan data yang sesuai
dengan fakta dan peristiwa yang terjadi," ungkapnya.
Berbeda, anggota DPR Fadli Zon berpendapat aparat kepolisian bertanggung jawab
atas tragedi ini.
Fadli menilai penyebab Tragedi Kanjuruhan ialah penggunaan gas air mata yang
dilarang oleh FIFA digunakan di dalam stadion. Dia pun menyayangkan penggunaan
gas air mata telah menimbulkan seratusan korban meninggal dunia.
"Menurut saya, kuncinya jelas di situ gas air mata, penerapan gas air mata di
lapangan yang kabarnya itu tidak diperbolehkan oleh FIFA sendiri jelas. Kenapa
misalnya kalau untuk mempersiapkan, mengantisipasi itu bukan water cannon,
bukan air yang netral. Tentu enggak akan banyak korban, apalagi sampai
meninggal. Paling orang berjatuhan atau apa," ucap politikus Partai Gerindra
itu.
Tragedi Kanjuruhan bermula saat polisi menembakkan gas air mata ke arah
penonton sepak bola usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya. Polisi
menyatakan gas air mata itu ditembakkan karena sejumlah suporter Arema mulai
turun ke lapangan.
Gas air mata itu tidak hanya ditembakkan ke arah para suporter di lapangan,
tetapi penembakan juga diarahkan ke penonton di tribun sehingga membuat massa
panik. Penonton pun berlarian dan berdesak-desakan menuju pintu keluar.
"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar.
Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak
napas, kekurangan oksigen," kata Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afianta dikutip
Antara, Minggu (2/10).
Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk bekerja lebih cepat mengusut tragedi yang menewaskan 131 orang.
"Kurang dari sebulan saya minta, secepatnya, karena ini barang kelihatan
semua," ujar Jokowi saat menjenguk korban Tragedi Kanjuruhan di Malang, Rabu
(5/10).
source:
CNN➚
Post a Comment for "DPR Bela Polisi di Tragedi Kanjuruhan: Niatnya Baik untuk Cegah Chaos"